melleFARM

farm concept
Searching...

MENGENAL BUDIDAYA LELE

14.17
Kebanyakan masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan ikan lele. Ikan yang menjadi komoditas agribisnis yang memiliki prospek bisnis cerah ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat, baik di kolam tanah, kolam tembok, atau kolam terpal. Saat ini upaya membudidayakan ikan lele di kolam terpal sangat marak dilakukan oleh masyarakat.

Dari segi cita rasa, ikan lele memiliki tekstur daging yang lezat dan disukai konsumen. Kegemaran masyarakat terhadap komoditas perikanan yang satu ini bisa dilihat dari begitu banyaknya warung makan yang menyediakan menu ikan lele selalu ramai dikunjungi orang. Selain cita rasanya yang enak, daging ikan lele juga tidak dipenuhi tulang-tulang kecil seperti ikan-ikan lain, misalnya ikan mas. Hal ini memudahkan orang untuk mengkonsumsi daging ikan lele tersebut tanpa harus menelisik tulang-tulang kecil yang menyelip dalam daging.

Morfologi Ikan Lele
Ikan lele merupakan jenis ikan air tawar yang memiliki warna tubuh kehitaman atau kecokelatan. Tubuh ikan lele berkulit licin karena diselimuti lendir, dan tidak memiliki sisik seperti ikan-ikan lain. Hal yang menarik dari tubuh ikan lele ini adalah apabila terkena sinar matahari, maka warna tubuh ikan lele akan berubah menjadi pucat. Warna tubuh tersebut juga akan berubah jika ikan lele terkejut menjadi loreng hitam putih seperti mozaik. Ikan lele memiliki mulut yang berukuran kurang lebih ¼ dari panjang tubuhnya. Ikan lele juga dijuluki catfish karena memiliki kumis disekitar mulut yang berjumlah delapan buah sehingga menyerupai kucing. Kumis ikan lele tersebut berfungsi sebagai alat peraba saat mencari makanan atau sedang bergerak.

Seperti kebanyakan ikan-ikan air tawar lain, ikan lele menggunakan sirip untuk bergerak atau berenang. Sirip ikan lele terdiri dari dua buah sirip dada yang berpasangan, dua buah sirip perut yang berpasangan, satu buah sirip dubur, satu buah sirip ekor, dan satu buah sirip punggung. Sirip dada pada ikan lele dilengkapi dengan sirip keras dan runcing yang berfungsi sebagai senjata dan alat gerak. Sirip keras tersebut sering dikenal dengan istilah patil. Sirip perut terletak di bagian bawah tubuhnya. Sementara itu, sirip dubur terletak dibelakang sirip perut yang membentang hingga pangkal ekor. Sirip ekor ikan lele berbentuk busur agak membulat. Dan sirip punggung pada ikan lele berada di atas tubuhnya yang mementang hingga ke pangkal ekor bagian atas. 

Klasifikasi ikan lele

Ikan lele termasuk ke dalam ordo: Ostariophysi, subordo: Silaroidae, famili: Clariidae, genus Clarias, dan spesies Clarias sp.

Syarat Hidup Ikan Lele

Ikan lele memiliki organ arborescent atau insang tambahan yang dikenal pula dengan sebutan labyrinth. Organ tersebut berfungsi sebagai alat untuk bertahan hidup saat ikan lele berada di dalam lumpur atau di dalam perairan yang sedikit mengandung oksigen.

Kelebihan ikan lele tersebut membuat ikan ini menjadi pilihan budidaya oleh para petani pembudidaya ikan lele. Kelebihan membudidayakan ikan lele ini adalah ikan lele mampu bertahan hidup dengan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal meskipun dibudidayakan di dalam kolam yang memiliki kualitas air kurang baik. Hal ini sangat berseberangan dengan ikan-ikan yang biasa dibudidayakan lainnya yang memerlukan kualitas yang yang baik. Oleh karena itu, budidaya lele ini dapat dilakukan di comberan atau kolam-kolam dengan sumber air yang terbatas, seperti kolam terpal yang dibuat di pekarangan rumah. Akan tetapi, dalam membudidayakan ikan lele ini, meskipun daya hidupnya (survival rate) lebih tinggi dibanding ikan-ikan lain, tetap harus dipenuhi paling tidak kriteria standar minimal untuk lingkungan hidup ikan lele.

Untuk menunjang keberhasilan budidaya dan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan ikan lele, para ahli perikanan penetapkan kriteria atau standar minimal untuk kualitas air pada kolam budidaya ikan lele, baik secara kimia maupun fisika, yang harus dipenuhi untuk membudidayakan ikan lele. Beberapa syarat dan kualitas air yang dibutuhkan untuk menopang kehidupan ikan lele antara lain:
Suhu optimal untuk pemeliharaan ikan lele berkisar antara 20-30° C.
Suhu optimal untuk kehidupan ikan lele agar pertumbuhan dan perkembangannya optimal adalah 27° C.
Kandungan oksigen terlarut di dalam air minimum sebanyak 3 ppm (miligram per liter).
Derajat keasaman (pH) air untuk kehidupan ikan lele dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal adalah 6,5-8.
Kandungan karbondioksida (CO₂) dalam air harus di bawah 15 ppm; NH, sebesar 0,05 ppm; NO, sebesar 0,25 ppm; dan NO, sebesar 250 ppm.

Kebiasaan Hidup Ikan Lele

Di habitat aslinya yaitu di perairan bebas, ikan ikan lele memiliki kebiasaan untuk memijah pada awal musim penghujan. Pada musim penghujan, ikan lele mengalami rangsangan untuk memijah karena terjadinya peningkatan kedalaman air. Kebiasaan tersebut juga bisa dilihat pada usaha pembenihan ikan lele yang dilakukan secara tradisional. Pada kegiatan usaha pembenihan tradisional proses pemijahan ikan lele tidak berbeda jauh dengan kebiasaan alaminya. Hal ini tentu sangat berbedan dengan pemijahan ikan lele terutama pada budidaya ikan lele pembenihan semiintensif dan intensif. Pada kedua sistem pembenihan tersebut, ikan lele diberi rangsangan untuk memijah, yaitu dengan memberikan zat tertentu melalui suntikan.

Kebiasaan alami ikan lele untuk memijah tersebut dalam kegiatan budidaya ikan lele bisa disiasati dengan memanipulasi lingkungan di kolam budidaya untuk merangsang ikan lele memijah di luar musim hujan.

Cara pemijahan ikan lele secara alami di alam dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Ketika musim penghujan datang, ikan lele yang siap memijah (matang kelamin atau matang gonad) akan mencari lokasi sesuai dengan keinginannya.
Gerombolan ikan lele jantan dan betina yang telah matang kelamin tersebut berpijah. Ikan lele betina meletakkan telur-telurnya di bagian pinggiran perairan.
Pada saat bersamaan, ikan lele jantan menyemprotkan spermanya pada telur-telur tersebut. Telur-telur yang telah dibuahi akan menempel pada batu-batuan atau tanaman air yang ada di pinggiran perairan.
Beberapa hari kemudian (tergantung pada suhu perairan) telur-telur ikan lele tersebut akan merietas dengan sendirinya.

Produksi yang dihasilkan dari pemijahan secara alami ini jumlahnya sangat sedikit. Hal ini disebabkan benih-benih yang baru menetas sebagian besar mengalami kematian, karena tidak tahan dengan kondisi lingkungan perairan yang sangat ekstrem. Sementara itu, tidak sedikit benih yang masih hidup dimangsa oleh predator-predator yang ada di perairan tersebut. Bisa juga terjadi, predator atau pemangsa sudah memangsa telur yang dibuahi ketika telur tersebut belum sempat menetas.

Ikan lele tergolong jenis ikan karnivor atau pemakan daging dan sangat menyukai pakan alami berupa binatang-binatang renik seperti kutu air dari kelompok Daphnia, Cladocera, atau Cipepoda. Selain memakan ketiga jenis binatang tersebut, ikan lele juga menyukai binatang-binatang lain seperti cacing sutera, larva jentik nyamuk, serangga yang masuk ke dalam air, keong-keong kecil, belatung serta daging-daging lain yang masuk dalam air.

Baik sewaktu hidup bebas di alam maupun ketika dipelihara di kolam budidaya, ikan lele tergolong jenis ikan yang sangat responsif terhadap makanan. Artinya, hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari akan dimakannya. Oleh karena itulah, ikan lele memiliki laju pertumbuhan yang sangat cepat dalam waktu yang singkat. Sehingga para pembudidaya ikan banyak yang memilih komoditas ini sebagai komoditas agribisnis andalannya. Keunggulan laju pertumbuhan ikan lele ini bisa dioptimalkan dengan memberikan pakan yang memiliki nutrisi tinggi dan kompleks sehingga jangka waktu pemeliharaan bisa dipersingkat dengan produktivitas yang tinggi.

Karakteristik Daging Ikan Lele

Ikan lele termasuk salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki tekstur daging dengan cita rasa yang enak dan empuk. Salah satu keunggulan tekstur daging ikan lele ini adalah tidak memiliki tulang-tulang halus dan kecil dalam dagingnya. Cita rasa dan keunggulan tekstur daging inilah yang membuat ikan lele banyak diburu konsumen di pasar-pasar ikan. Namun demikian, tidak semua konsumen menyukai daging ikan lele. Tetap ada saja yang kurang begitu tertarik dengan daging ikan lele ini karena beranggapan bahwa daging ikan lele mengandung terlalu banyak lemak. Sah-sah saja beranggapan demikian, dan mungkin anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, mengingat daging ikan lele, terutama untuk ikan lele yang berukuran besar, jika digoreng memang ada bagian-bagian tertentu yang hancur. 

Akan tetapi, terlepas dari pro dan kontra mengenai cita rasa daging ikan lele, ternyata daging ikan lele memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Hal ini bisa dilihat dari hasil berbagai penelitian yang menyebutkan bahwa setiap 100 gram daging ikan lele mengandung 18,2 gram protein. Dengan perhitungan kandungan protein tersebut, setiap 1 kg ikan lele yang berukuran kecil bisa dikonsumsi untuk 10 porsi. Setiap porsi mengandung kurang lebih protein 18 gram, energi 290 kalori, lemak 16 gram, dan karbohidrat 12 gram. Komposisi tersebut jarang terdapat pada daging ikan lain yang digunakan sebagai sumber energi. Dengan demikian tidak mustahil jika daging ikan lele sangat disukai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Pengolahan daging ikan lele yang cukup populer di Indonesia dan banyak dijajakan di warung-warung pinggir jalan adalah pecel lele. Ikan lele berukuran 100-150 gram digoreng kering kemudian diberi bumbu sambal dan dimakan bersama lalapan. Selain dibuat pecel lele, pengolahan daging ikan lele ini sangat beragam dalam berbagai bentuk, misalnya dibuat masakan pedas sambal goreng ikan lele, pepes ikan lele, gulai ikan lele, hingga asam pedas. Bahkan menu dari ikan lele ini sudah banyak disajikan dan menjadi menu utama di restoran-restoran kelas menegah ke atas dan di hotel-hotel berbintang pun sudah cukup banyak menyajikannya.

0 komentar :

Posting Komentar